Sejarah Gereja

LATAR BELAKANG SEJARAH JEMAAT GMIM SION TOMOHON
Agama Kristen masuk di tanah Minahasa sudah sejak abad ke-16. Namun, agar tidak terlalu jauh masuk ke dalam hutan yang lebat sehingga dapat tersesat dan tidak dapat keluar lagi untuk mencapai tujuan dari penulisan ini, maka penelusuran sejarah sebagai latar belakang sejarah Jemaat GMIM Sion Tomohon dimulai pada abad 19 dikenal juga sebagai abad Pekabaran Injil. Mengawali pembahasan, terlebih dahulu perlu diamati bagaimana keadaan masyarakat Tomohon pada saat Pekabaran Injil (PI) dilakukan oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) dan bagaimana usaha dari para zendeling NZG serta bagaimana penyambutan dan penerimaan injil oleh orang-orang Tomohon sehingga dapat berdirinya satu jemaat yang dapat terus berkembang melaksanakan tugas panggilan gereja untuk bersaksi, bersekutu dan melayani segala makhluk. Pada tahun 1934 di sini, di Rumah Gereja Tomohon (kini, Gereja SION Tomohon Wilayah Tomohon Il) dilaksanakan Sidang Sinode yang menetapkan dan memutuskan Gereja Masehi Injili Minahasa sebagai gereja yang mandiri dari gereja Protestan Indonesia (GPI) yaitu sejak 30 September 1934 Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) berdiri sendiri.
·
Berdirinya Jemaat/Gereja
SION Tomohon telah ditetapkan oleh Majelis Jemaat sesuai hasil Seminar yang
telah dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2007 yang didasarkan pada teori
(landasan teologis) bahwa penetapan satu gereja dimulainya dapat dihitung sejak
waktu orang setempat menerima Injil dan dibaptis. Pada waktu itu “Panggilan
sudah keluar, firman sudah diterima, dan jawaban sudah diberikan”. Oleh karena
itu Jemaat Sion Tomohon ditetapkan berdiri sejak baptisan pertama yang di
lakukan oleh Adam Mattern pada akhir tahun/bulan Desember 1839. Badan Pekerja
Majelis Jemaat GMIM Sion Tomohon pada tanggal 10 November 2008 diputuskan dan
ditetapkan Hari Ulang Tahun Jemaat Sion tanggal 28 Desember.
· Pada
waktu Ds. A. Z. R. Wenas bekerja di Tomohon, maka Wijkgemeenten menjadi Paroki
(disebut ‘Gereja Besar’) dilengkapi dengan kanisa-kanisa yang khusus
dipergunakan hanya untuk katekisasi, pertemuan jemaat, pelajaran nyanyi dan
sebagainya. Perjamuan Kudus hanya dilakukan di rumah-rumah gereja demikian juga
dengan pelayanan baptisan dan pemberkatan nikah. Di tahun-tahun dua puluhan
para Inlandsche Leeraar belum diberi kepercayaan melayani sakramen Perjamuan
Kudus dan Baptisan. Inlandsche Leeraar berstatus pegawai Negeri. Tentang
Majelis Jemaat, walaupun sudah dibentuk namun belum banyak berperan dalam
kehidupan Jemaat.
· Sidang-sidang
Proto Sinode (1932/1933 – 1934) dan Sidang-sidang Sinode 1934 dilaksanakan di
Gereja Sion. Jemaat GMIM Sion Tomohon adalah wujud dari kesetiaan melanjutkan
Sejarah GMIM. Karena dari Gedung Gereja Sion ini mulai ditetapkan Jemaat Masehi
di Minahasa sebagai gereja yang mandiri sebagai satu Sinode dalam lingkungan
Jemaat-jemaat Masehi Hindia Belanda pada waktu itu. Dari Gereja ini
Jemaat-jemaat di Minahasa di akui dan diberi tugas untuk bersaksi, bersekutu
dan melayani segala makhluk. Sebagaimana, dari sini GMIM sebagai gereja yang
mandiri dari Gereja Protestan di Indonesia sejak 30 September 1934 adalah buah
Pekabaran Injil yang telah dimulai berabad-abad sebelumnya.
· Gereja Sion yang berdiri kokoh saat ini (abad 21) menjadi bukti fisik, sarana kesaksian yang nampak dan nyata, dapat dilihat oleh banyak orang yang hidup di abad ini bahwa Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus dengan pertolongan Roh-Nya yang Kudus telah memakai orang Eropa, dapat hidup bersama dengan orang Tomohon menjadi satu dalam suatu dinamika masyarakat abad 19 dan 20 mampu mewujudkan pembangunan Tubuh Kristus. Hal ini nampak melalui usaha para penginjil dalam penyebaran Injil dan Pendidikan Agama Kristen mulai murid piara/anak piara sampai dibangunnya sekolah-sekolah bahkan sampai pada sekolah guru Injil (STOVIL). Sambutan atau respons penduduk Tomohon dengan lahirnya guru-guru Injil, pemimpin jemaat orang pribumi, perubahan pola hidup dengan kepercayaan lama dengan hidup yang baru mengikuti pola hidup kristiani adalah bukti yang nampak dan dapat disaksikan di tengah masyarakat Tomohon saat ini bagaimana kesuksesan pemberitaan Injil dan pelayanan gereja yang sungguh-sungguh diberkati.
Pendeta

Pdt. Max G. Kaleseran
Pendeta Jemaat

Pdt. Meylita Kalesaran-Runtuwene
Pendeta Jemaat

Pdt. Engelbert Ch. J. Merentek
Pendeta Jemaat